Selasa, 25 Oktober 2011

Sumber Informasi Referensi

Pekerjaan referensi akan efektif apabila pustakawan mempunyai pengetahuan tentang sumber-sumber informasi.  Pengetahuan ini menjadi bekal untuk memilih dan mengevaluasi bahan-bahan yang akan dikelompokkan kedalam koleksi referensi. The ALA Glossary of Library Information Science mendifinisikan buku referensi sebagai: (1) Buku yang dirancang dengan penyusunan dan perlakuan subjeknya untuk dilihat pada informasi yang sudah pasti bukan untuk dibaca secara berurutan (2) buku yang penggunaannya terbatas dalam gedung perpustakaan. Kebanyakan pustakawan referensi mengandalkan buku-buku referensi yang diidentifikasi dan di ditetapkan secara cermat untuk simpan di perpustakaan. Kebanyakan pemustaka mengenal buku referensi, dan banyak rumah tangga yang menyimpan kamus dan ensiklopedia. Kamus elektronik juga tersedia di handset telefon genggam, bahkan saat ini banyak sekali kamus ensiklopedia yang dapat diakses melalui Internet.
Namun demikian, jenis sumber referensi yang manakah yang sering digunakan untuk masing-masing subjek? Tentunya tidak ada jawaban yang pasti, karena  terlalu banyak variablel dalam hal kecanggihan pengguna, kemampuan pemustaka, ketrampilan pustakawan, kebutuhan khusus komunitas dan sejenisnya. Perpustakaan PDII-LIPI mungkin akan memilihkan Encyclopedia of Chemical Processing and Design (Chemical Processing and Design Encyclopedia)  atau Ullmann's Encyclopedia of Industrial Chemist. Sementara perpustakaan umum mungkin akan memilihkan pemustaka mereka dengan kokesi-koleksi yang lebih umum.
Salah satu cara untuk menggolongkan sumber referensi  adalah dari bentuknya, yakni tercetak, bentuk mikro, format elektronik seperti CD-ROM, atau dokumen yang dapat diakses melalui Internet. Namun dapat pula dibagi menjadi dua kelas utama yaitu kompilasi yang menyediakan informasi langsung dan kompilasi yang merujuk pada sumber lain yang berisi informasi, hanya menunjukkan tempat dimana informasi itu didapatkan. Dalam praktik, perbedaan ini menjadi kabur karena sumber-sumber jenis pertama sering merujuk pada yang lain untuk informasi yang lebih lengkap, sedangkan jenis kedua cukup menjawab beberapa pertanyaan. Jenis dari jenis pertama mencakup ensiklopedia, kamus, almanak, handbook, buku tahunan, atlas, dll. Sedangkan  jenis kedua termasuk katalog, bibliografi dan indeks.


Kendali dan Akses: Bibliogafi, Katalog dan Indeks

Pertumbuhan dokumen karya cetak dan rekam di Indonesia berlipat ganda dari waktu ke waktu. Apakah berbentuk buku, jurnal, majalah, software, rekaman suara, video selalu bertambah dari hari ke hari, sehingga membuktikan adanya ledakan informasi. Keadaan ini menimbulkan pertanyaan yang sulit yaitu bagaimana cara seseorang jika mencari informasi yang tepat untuk memecahkan suatu masalah di tengah pertumbuhan data yang cepat. Salah satu jawabannya diantaranya adalah pemanfaatan bibliografi apakah dalam bentuk tercetak, atau elektronik. Dengan kata lain, bibliografi memberikan fakta-fakta penting untuk menemukan informasi yang diinginkan. Untuk mengetahui isi sebuah artikel jurnal, makalah, proposal riset atau karya tulis ilmiah lainnya.
Bisa dikatakan bahwa bibliografi itu berfungsi sebagai aturan di tengah kekacaubalauan dan kekhawatiran tentang perpustakaan yang menyimpan terlalu banyak koleksi, sehingga kesulitan untuk menemukan secarik informasi khusus di tengah menggunungnya informasi, atau menjawab sebuah pertanyaan, juga sebagai metoda untuk mengendalikan kekhawatiran akan  informasi yang berlipatganda, adalah dengan bibliografi. Oleh karena itu bibliografi adalah Sumber referensi yang paling umum.
Bentuk bibliografi ini banyak didefinisikan orang, namun yang mempunyai makna umum adalah daftar record deskriptif yang disusun secara sistematis. Kata yang berasal dayi Yunani  secara harafiah  berarti penulisan buku, sebagai suatu praktik, adalah kajian akademis tentang buku sebagai objek fisik, budaya, dalam hal ini, dikenal sebagai bibliologi. Secara keseluruhan biliografi tidak terkait dengan isi buku, tetapi sumber-sumber dari buku- bagaimana dia dirancang, dicetak, disebarluaskan, dan dicetak kembali atau dikoleksi.
Banyak penyedia informasi memasang bibliografi terbaik menurut mereka, misalnya Di halaman Web, Amazon.con menerbitkanTop 10 bibliographies, juga All Web Hunt memnyajikan taut  berbagai jenis bibliografi menurut subjek yang mereka anggap bagus.
Kebanyakan orang mendifinisikan bahwa bibliografi itu daftar buku, namun para ahli memaknainya dengan kajian sejarah dan kritik tentang buku tercetak. Di Perancis, pada akhir abad ke 18, istilah ini muncul dalam sains perpustakaan yakni teori dan pengetahuan tentang daftar buku. Di Amerika Serikat dan Inggris cendering membagi kedalam penandaan historis, analitis, dan kritis, bukan sekadar daftar.
Bibliografi, adalah daftar sistematis dan karya karya lain seperti artikel jurnal. Bibliografi bermula dari karya yang disitir pada akhir buku, dan anrtikel untuk melengkapi publikasi tersendiri. Sebagai karya terpisah, mereka mungkin dalam volume terkait seperti yang tampak pada di kanan atau pangkalan data bibliografis. Sebuah catalog perpustakaan, tidak dinamakan bibliografi, adalah punya sifat bibliografik. Karya bibliografi hambpir selalu dianggap sumber tertier.
Karya bibliografi berbeda dalam beberapa rinci, bergantung pada tujuan, dan secara umum dapat dibagi menjadi dua kategori: Bibliografi enumerative (juga disebut compilative, referensi atau sistematis), yang menghasilkan gambaran publikasi dalam kategori tertentu, dan analitis, atau kritis, bibliografi, yang mempelajari produksi buku pada jaman dulu, bibliografi sebagian besar difokuskan pada buku. Sekarang, kedua kategori tutupan bibliografi karya-karya dalam format lain termasuk rekaman, gambar gerak dan video, objek grafis, database, CD-ROMdan situs web.
Jika suatu buku atau artikel dicantumkan kedalam katalog atau bibliografi, pemustaka ingin mengetahui apakah buku atau artikel itu ada di perpustakaan dan bisa dibaca atau jika tidak terdapat di perpustakaan, apakah sedang di pinjam pemustaka lain, atau dapat diperoleh melalui jasa silang layan perpustakaan.  Untuk yang terakhir ini, perlu konsultasi dengan petugas perpustakaan. Untuk mengetahui lebih jauh silakan diunduh artikel lengkapnya

Senin, 17 Oktober 2011

Strategi Memberi Informasi

Apabila kebutuhan sudah ditentukan, langkah berikutnya adalah mencari dan memberikan jawaban dan inilah yang dinamakan pemecahan masalah. Atau dengan kata lain hasil dari wawancara referensi untuk memberi solusi. Sudah menjadi tugas pustakawan untuk membantu mencari jawaban. Sementara  pemustaka memang sudah berpengalaman, mungkin bagi pustakawan semacam ini hanya memerlukan sedikit berbeda dengan pemustaka awam yang memerlukan bantuan lebih mendalam dan keterlibatan pustakawan dalam menelusur informasi.
Pustakawan pertama-tama harus menentukan untuk memulai penelusuran dengan bahan-bahan yang ada di sekitarnya yakni, bahan-bahan referensi, koleksi umum, CD-ROM, bentuk mikro, dll, atau menggunakan Internet. Pustakawan mungkin tahu bahwa sebenarnya  mudah didapatkan pada koleksi referensi. Misalnya , pertanyaan tentang sejarah Republic Timor Leste, atau ringkasan alur dari The Count of Monte Cristo tampaknya ada di literary handbook.
Di sisi lain, barangkali pustakawan tahu bahwa Internet adalah sarana jitu untuk mencari informasi terkini tentang kanker atau Novel Koong karya Iwan Simatupang, kebanyakan, masalah ini bisa jadi menjadi sulit dipecahkan dan memerlukan sederet upaya memecahkannya.
Tidak semua pertanyaan mempunyai pemecahan yang mudah. Penelusuran yang sulit memerlukan analisis cermat, diskusi mendalam dengan pemustaka, atau mungkin diperlukan berkonsultasi dengan sejawat pustakawan. Untuk artikel selengkapnya silakah mengunduh.


DOWNLOAD

Senin, 10 Oktober 2011

Wawancara Referensi

http://www.ziddu.com/download/16758162/BABempat.doc.htmlThe Online Dictionary for Library and Information Science (ODLIS) mendifinisikan  "reference interview" adalah  komunikasi antar personal seorang pustakawan dan pemustaka untuk menentukan kebutuhan informasi spesifik pemustaka, yang bisa berbeda dari pertanyaan yang pertamakali diutarakan, karena pemustaka sering merasa segan, terutama dalam interaksi tatap muka. Sementara sabar dan bijaksana mungkin diperlukan di pihak pustakawan. Sebuah wawancara referensi bisa terjadi dengan bertemu muka, telefon, atau melalui elektronik (dengan surel) pada permintaan pemustaka, tetapi seorang pustakawan referensi terlatih kadang kadang akan memulai komunikasi jika muncul seorang pemustaka yang membutuhkan bantuan. Artikel lengkap menggambarkan sikap pustakawan dalam wawancara referensi, mengajukan pertanyaan, juga bagaimana menyelenggarakan wawancara secara maya.


Jumat, 16 September 2011

Proses Referensi: Berawal dari Senyuman

Sikap terbuka untuk mudah didekati yang paling sering diungkapkan adalah dengan menebar senyuman. Sebuah senyuman memang mempunyai banyak arti bergantung pada situasi. Dalam konteks pelayanan referensi, senyuman menunjukkan sikap terbuka untuk didekati (approachability) yang mungkin melebihi bahasa tubuh atau kata-kata.  Menurut Katz (1992) dalam proses referensi terdapat  tiga unsur yakni informasi, pemustaka, dan pustakawan referensi. Tentunya senyuman ini akan berlanjut menjadi proses untuk memecahkan masalah dan akan menjadi model proses referensi masa kini, menurut Agusto dkk adalah berikut ini:



Dengan munculnya Web 2.0 yang memberikan fasilitas interaktif, maka pelayanan referensi mengalami beberapa perubahan cukup mencolok misalnya pihak pustkawan dan pemustaka masing-masing bisa menciptakan sumber.  Untuk melaksanakan model seperti ini pustakawan perlu memiliki kompetensi minimal seperti yang tertera pada artikel lengkap yang perlu Anda download dari Blog ini.

DOWNLOAD

Kamis, 15 September 2011

Pelayanan Referensi Masa Kini

Anggapan bahwa pelayanan referensi itu mudah benarnya, karena sekilas memang demikian. Dalam pelayanan ini  pustakawan bertugas menjawab pertanyaan para pemustaka yang datang untuk mendapatkan  informasi yang dibutuhkannya, sementara  di sekitar meja informasi tersedia berbagai koleksi referensi dan pangkalan data yang digunakan untuk memberikan jawaban. Sehingga pustakawan tinggal menggunakannya untuk menjawab pertanyaan. Tetapi tidak   sesederhana ini, karena pustakawan referensi tidak hanya berhadapan dengan koleksi referensi saja, melainkan dengan pemustaka yang berasal dari berbagai kalangan sekaligus mempunyai perilaku dan kebutuhan beragam.
            Tujuan pelayanan referensi adalah  untuk memenuhi kebutuhan pemustaka. Kegiatan yang dilakukan mencakup mencari informasi yang dibutuhkan pemustaka, dan menggunakan sumber informasi yang ada di perpustakaan.
Akhirnya bantuan diberikan mungkin terdiri dari bahan bacaan dalam bentuk buku atau artikel jurnal, bimbingan dalam menggunakan informasi sumber spesifik yang dapat ditelusur misalnya katalog online atau mendaftar pada pangkalan data bibliografis atau naskah lengkap, atau sekadar informasi faktual yang diambil dari koleksi referensi.      tercetak atau online.  Meja informasi dapat dihubungi baik melalui telefon, malalui surel atau online chat, walau pada akhirnya bisa saja seorang pemustaka akan diminta datang ke perpustakan, terutama merek yang mengjukan pertanyaan  mendalam dan memerlukan bantuan dan wawancara yang mendalam. Oleh karena itu seorang staf refereensi perlu memaham bahwa meja informasi adalah bagian penting dari  perpustakaan. Pelayanan yang diberikan di meja informasi berbeda bergantung dari jenis perpustakaan, sumber yang ada dan staf.
        Pelayanan referensi di Indonesia sekarang ini sedang dalam perubahan karena penggunaan Web 2.0 seolah telah menjadi standar. Untuk memicu diskusi lebih seru, silakan  mengunduh naskah ini secara lengkap.


DOWNLOAD

Sejarah Pelayanan Referensi